Firasat (sebuah cerpen)


Apa yang aku inginkan bila dapat mengembalikan waktu????
Menghapusmu!!! “ Itu suara yang  ku ucap dalam mimpiku,
Tiba tiba  suara dalam mimpi maya membangunkan ku lagi kala malam rubuh, mendahului jago, ayam piaraan bapak kost yang selalu saja berkokok terus menerus tiap pagi tanpa henti, ‘mungkin, tenggorokannya ada dua’ guman  ku dalam hati bila di bangunkan oleh suaranya yang slalu berkokok? ‘Mengapa berkokok? Mengapa bukan mengaum? Bukannya mengaum jauh lebih sangar dan tegas serta menakutkan para ciptaan Tuhan..grrr, bagaimana ya kalau suara ayam yang slalu berkokok dig anti suara auman harimau? Pasti seru.. hahahahahahahahah, umbu stop!! Hentikan analisa bodohmu’ suara hatiku menghardikku keras, membuat alam pikir ku, agak sedikit ketakutan… ,iya deh’ alam pikirku langsung mengkerut dan segera menghentikan analisanya tentang ayam, pagi dan mimpi.
Akupun terpaksa membangunkan tubuh dengan terbata bata, menuju kesudut kamar tanpa tersapa meneguk segelas air putih sisa semalam, dengan penuh harap semoga ini hanya bunga tidur, terangkum karena kenangan indah bersama member I stimulus ke seluruh jaringan syaraf otak kanan dan mulai menulis namanya di lembaran mimpiku
                                                                          *****
Dia wanita yang tak ingin kusebut namanya tiba tiba tanpa undangan hati kembali menghiasi alam ribaan ku, harus ku akui aku belum benar benar menghapus memori tentang dia yang ku anggap wanita, wanita yang memperkenalkan dengan satu kata umum namun asing bagiku “CINTA”, wanita yang mampu membuatku beku saat menatap senyum saja, wanita yang mampu membuat nafasku berhenti sejenak kala setuhan tangannya membias kulit telapak lenganku… ah… dan yang terpenting dia wanita yang mengajarkan tentang bagaimana rasanya berkorban, berjuang dan menantang suara langit dalam arca Tuhan yang berhadapan.
Namun harus kusadari benar bahwa bahwa kita tak akan pernah mengetahui jodoh sebelum kita benar benar sudah sadar di pertemukan dengan jodoh, jujur saja wanita yang benar benar menjadi teman hidupku adalah dirinya, wanita yang memberikan rasa nyaman lewat kata, senyuma, sentuhan dan masakan. Aku pernah menghabiskan waktu yang sangat lama menyulam cinta kasih di langit kelam perbedaan agama yang menurut  kau dan aku hanya sebuah sekat  yang di ciptakan oleh manusia itu sendiri namun seperti kata kataku suaramu dan suaraku tak akan mampu menantang suara dunia dan suara mereka yang kita sebut keluarga.
                                                                        ****
Hampir genap sebulan mimpi yang sama dan jawaban yang sama pula selalu menghantui ku, mimpi yang ku anggap hanya sebuah ringkasan masa lalu dan coba di terjemahkan alam sadarku. Dia wanita yang tak inginku sebut namanya hadir penuh tiba, kala aku mulai memasuki alam mimpi, siluet tubuhnya Nampak mendekatiku, langkah langkah anggunya masih sama penuh kelembutan penuh ketegasan pasti, telapak putih berjari jari mungil tanpa alas kaki melangkah satu satu menidurkan helai helai rumput hijau semakin berbaring ke tanah..
“ah.. kau memang slalu sempurna”…. Gumanku
“mengapa kau kemari?” dirinya berucap mendahului bibir hitamku yang masih terbuka lebar kala menatap kedatangannya…
“aku tak ingin melihatmu lagi, bosan dengan segala penipuanmu” suaranya tiba tiba meninggi
“maaf, ina aku tak pernah bermaksud kesini” kataku
“anjing kau, laki laki pukimai, tidak tau diri” balasnya seraya memotong pembicaraanku
“ina sa ti mengerti maksudnya ina” ujarku berusaha meredam amarahnya
“ko punya anjing, kau su tidur dengan saya, trus ko pi cari orang lain Begitu?? Dasar kau memang laki laki anjing!!!! Sumpah sa ti ingin liat ko pu muka lagi ew!!!! Ko ingat itu… ceracaunya semakin besar membahana pada kabut abu abu , dinding alam yang tak ku mengerti ini, cakar lengannya mencengkram keras pergelangan tanganku mengirim bekas memerah seraya menyiratkan amarah yang teramat sangat
Dan “prak…..” tamparan kerasnya tepat mendarat tepat di pipi kananku, ingin rasanya marah tapi sorot mata itu membuatku lunglai
“sa pergi sa, sa malas dengar ko marah” suaraku mengantar langkahku yang mulai menjauh dari hadapannya.
menyusuri tapak tapak berbatu granit abu abu yang entah tak ku tau arahnya kemana, langkah demi langkah kuteruskan saja mengikuti tapak tapak membantu ini sehingga aku tak menyadari bahwa aku telah di tepian sungai kecil yang memiliki ombak bening tenang dengan kerikil warna warni di dalamnya , menjadi sungai ini begitu indah, walau lagit abu abu, setidaknya dinding dinding kecil berdaun hijau di sekitar sungai kecil ini sudah cukup menenangkan segala pertanyaan yang bertalu talu begitu keras, “ah… kenapa dengan dia ew..??” kata yang slalu terucap oleh alam pikirku… “hm, sudahlah, mungkin dia lagi kumat, heheheh” aku berusaha menenangkan hati ku..
“mungkin sebatang rokok bisa menenangkanku sejenak”…
“ah sialan.. dimana ni rokok sa taru tadi ew” aku berusaha mencari di setiap kantong celanaku..
“memang hari yang sial!!!” umpatku
“ama..” tiba tiba suara yang ku kenali memecah hening buntuku
“ini sa ada bawa rokok”…
“maaf su tadi ew, sa langsung marah marah, maaf su  ew  suara lembut nya dengan seketika menentramku sesaat…
“makasih ina ew” ucapku berterima kasih,
“o iya ina, maaf ew  kenapa ko marah marah tadi” sambungku penuh tanda Tanya sambil menyulut sebatang dji samsoe.
“huu…kau kaya ti tau saya sa heheheh..” balasnya penuh senyuman peri.
Suasana akhirnya mencair mengikuti gemericik air sugai kecil ini, senyumnya  yang kulihat delapan tahun lalu terlihat lagi, begitu serasi dengan kaos putih yang membalut tubuh mungilmu, satu satu pelukan mesra mulai bergelayut mengiringi tawa tawa kita..
Sebenarnya perasaan dan keadan seperti ini yang ingin kurasakan terus, seandainya Tuhan memberikan satu permintaan maka ku ingin Tuhan menghentikan waktu ini, entah mimpi atau nyata karna bagiku menikmati senyuman wanita yang ku cintai adalah anugrah yang melebihi karunia manapun.
“o iya ama, sebenarnya ada yang saya mau omong dengan ama” tiba tiba suaranya kembali bermolodi dengan nada yang serius.
“omong sa to… ti apa apa” kataku sambil tersenyum
“ ama, sa ni sayang skali dengan kau, sayang sekali, semenjak kita jadian tujuh tahun lalu, kau sudah benar benar sama saya, ko baik dan selalu sayang dengan saya”..
“terus..” kataku menyela sejenak pembicaraan…
“ kita stop su ew, toh kita beda juga…” suaranya tiba tiba memelas dan bergetar sayu, mata indah jelas menyiratkan ini kata kata yang tak di inginkannya
“ah.. kau gila, ko tau saya sayang skali dengan kau” kata ku mulai meradang
“ama sa ju sayang sekali dengan kau” balasnya memelas lembut
“ina sa kasi tau kau ew… selama sa pu hidup, sa ti pernah ketemu orang kayak kau, sa senang liat ko pu mata, ko pu katawa, ko punya cara jalan, ko pu rambut, sa senang pas ko cium saya, apa lagi pas ko bilang sayang dengan saya, sa senang dan sayang apa semua yang ada di ina” suaraku semakin menggema bernada parau…
ku hisap dalam dalam rokoku “ bulsit semuanya” aku memaki karna air mataku tiba tiba terjatuh…..  penuh kemarahan ucapanku mulai meninggi, tak terkontrol.. “ sa kasi tau kau, Apa yang aku inginkan bila dapat mengembalikan waktu????
”Menghapusmu!!!
Menghapusmu!!!
Kau dengar itu!!!!.....Menghapusmu!!!
Kataku penuh kemarahan….”
Tiba tibaku aku tersadar karna suara rintone hanphone, agak berbeda karna biasanya aku terbangun karna mimpi, suara si jago.
Maaf.., ini sapa? Aku menyapa dalam ngantuk
“ini rambu kaka…” penuh isak
“ kaka, ka nona su meninggal tadi pagi, karna kecelakaan…
“ dia sempat titip pesan buat kaka”
“kaka harus tetap khatolik”.
Tiiiiiiiiit……. Suara itu tak terdengar di telan tangis bersahutan di salah satu rumah di sudut kota kupang

Komentar