Orang Sumba dengan orang Ende bersaudara

"ADA kisah unik yang mungkin sudah dilupakan oleh kebanyakan orang. Sebenarnya orang Sumba dengan orang Ende di Flores masih keluarga, mereka sama-sama berasal dari Hindia Belakang dan hubungan itu direkat dengan kawin mawin sehingga saat ini banyak orang Ende yang menetap di Sumba Barat bahkan sudah kawin dengan orang Sumba. Pada zaman kerajaan antara Sumba dan Flores itu dihubungkan dengan sebuah jembatan batu dari Lindiwacu ke wilayah Ende selatan."
Kisah unik ini diceritakan kembali Stephanus Pamaratana didampingi Drs. Umbu Dedu Ngara saat ditemui Pos Kupang di Kupang, Jumat (22/12/2006).
Menurut Panus, nama Kecamatan Umbu Ratu Nggay itu sebenarnya sebuah nama yang merekatkan hubungan antara orang Sumba dengan orang Ende. Umbu itu nama Sumba dan Nggay itu adalah nama bangsawan Ende yang sudah membina hubungan kawin- mawin dengan orang Sumba. Ratu Nggay itu adalah ratu dari Ende yang cantik jelita yang kawin dengan umbu dari Lenang. Hubungan itu, selain berasal dari nenek moyang yang sama Hindia Belakang, juga dipererat dengan dibuangnya Raja Mamboro, Umbu Palura ke Ende oleh penjajah Belanda. Umbu Palura adalah orang yang cukup berpengaruh di Mamboro dan punya ribuan ekor hewan yang sekali turun ke padang rumput di satu wilayah kerajaan itu amblas. Di zaman itu, kata Panus dibenarkan Umbu Dedu Ngara, Mamboro dan Umbu Ratu Nggay merupakan gudang ternak di Pulau Sumba. Hubungan itu diperlancar dengan jembatan batu yang menghubungkan Sumba Barat dengan Ende. Jembatan itu memudahkan mobilitas manusia dan barang dari Ende ke Sumba Barat dan sebaliknya, apalagi dulu perdagangan dengan sistem barter.






Lanjut Panus, jembatan batu itu dirubuhkan oleh seorang wanita yang punya pengaruh di Sumba Barat, karena kecewa dengan seorang pria asal Ende yang disuruhnya barter kelapa di Ende tidak pernah kembali. "Dulu kami di Sumba tidak ada kelapa. Di Ende, Flores banyak kelapa sehingga seorang ibu yang cukup berpengaruh menyuruh seorang pria asal Ende menukar hewan dengan kelapa di Ende. Wanita itu sangat membutuhkan kelapa untuk mencuci rambut, tapi pria itu hilang terus. Wanita itu kecewa lalu mengundang masyarakat sekitarnya memahat dan memukul jembatan batu itu sampai putus agar pria asal Ende itu tidak dapat kembali lagi ke Sumba," tutur Panus.
Karena hubungan persaudaraan itu, kata Panus, Raja Lawonda pertama, Umbu Siwa Sabawali, kakek dari Umbu Tipuk Marisi, mantan Bupati Sumba mengadakan tour pertama ke Ende. Tour itu untuk mempererat hubungan persaudaraan yang sudah lama terjalin. Ceritanya, bangsawan Ende yang punya bakat dagang menyambut kehadiran Umbu Siwa Sabawali dengan baik dan tetap menghargainya sebagai raja di Sumba. Komunikasi timbal balik melalui surat (daun lontar atau batu kalam) terus dilakukan bahkan terjadi kunjungan balasan. Dengan demikian, kawin mawin pun terjadi sehingga banyak orang Ende yang saat ini hidup berdampingan dengan orang Mamboro bahkan sudah turun temurun di sana.


Menurut Panus, ini sekilas sejarah yang perlu dikenang lagi saat Sumba Tengah sebagai pusat kerajaan Mamboro, Sumba Tengah yang mengukir nama Ratu Nggay dari Ende, menyusun kembali silsilah, menorehkan sejarah itu dalam tulisan untuk dijadikan aset pendukung wisata. "Kami mengharapkan ada penulis yang bisa mewawancarai kembali kami dan tua-tua adat serta mengiventaris dokumen-dokumen atau bukti-bukti sejarah untuk dikenang kembali. Kami juga sangat mengharapkan dukungan orang Ende dalam perjuangan pembentukan Kabupaten Sumba Tengah dan itu telah dilakukan oleh Herman Hery, anggota DPR RI asal Ende. Kami berharap hubungan itu terus dijalin menjadi sebuah aset, jika perlu ke depannya dilakukan studi banding antara pemerintah Sumba Tengah dengan Pemerintah Kabupaten Ende. Dua daerah ini perlu merintis kembali kerja sama bidang ekonomi dan perdagangan sehingga Sumba Tengah yang masih morat-marit itu cepat maju. Kami percaya orang Ende punya bakat dagang yang perlu ditiru," kata Panus.(gem)

sumber ; alfreddama.blogspot

Komentar

  1. like thi artikel, sukses selalu gan..

    BalasHapus
  2. Mantap...secara geografis hubbungan itu memungkinkan. Kalo ada ksh sejarahnya tambah meyakinkan.

    BalasHapus
  3. tahu tdk klo raja ende diusir sama portugis dan mendapatkan perlindungan raja gowa, klo mau tau agama raja ende itu islam bukan setelah sampai kemakassar tapi sebelum tiba di makassar.... dan asal tau aja klo yg tulis artikel ini adalah keturunan raja ende bukan rea yasa tp sampai detik ini kami masih punya silsilah kerajaan kami.... cuman sayang sampai detik ini masyarakat ende malah melupakan keturunan raja langsungnya sendiri.... keturunannya sekarang ada dimakassar dan sudah beranak pinak di sini. tapi silsilah kerajaaan kami masih kami jaga walaupun sdh erabbad lamanya... wassalam masyarakat ende...

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. terima kasih saya orang ende baru tahu

    BalasHapus
  6. Kerennn... kalau lisan sudah biasa.. tulisan seperti ini yang penting

    BalasHapus
  7. mantapp perlu di teliti lagi lebih mendalam..

    BalasHapus
  8. Dan kami sebagai bukti hubungan ende dan sumba, leluhur kami asli kodi sumba barat daya dn saat ini kami sdh menjadi org ende, tp darah dan tanah leluhur tetap ada dlm hati, salam persaudaraan!!!

    BalasHapus
  9. Saya sebagai orang sumba tengah tepatnya pada kecamatan mamboro sngat mengapresiasi artikel ini, kalau mau omng sejarah tntang mamboro sya sdkit tahu,mngenai umbu palura yang di asingkan di ende memang itu btul smpai2 dia memiliki keturnan di sana dan tntang kekayaannya yang memiliki hewan yang bgtu bxk itu btul.
    Dan sya sebagai cucu dari umbu palura kalau mau omng sejarah tntang sya siap memberikan sedkit yang saya tahu...

    BalasHapus

Posting Komentar