21 agustus (cerpen)


Setahun lalu, sudah setahun lalu semua cerita itu ku lewati, sebuah kata kata dan keputusan yang sudah kuduga, keluar juga dari lekuk bibirnya, membulat dan menyentuh daun telingaku
Dia, wanita itu yang masih memenuhi pikiran dan perasan hatiku, semenjak di mulainya masa remajaku dan selama dua belas tahun ini, harus ku akui hanya satu nama, dan dia wanita itu, wanita yang sangat ku cintai melebihi hatiku sendiri, wanita yang ku temukan di saat bintang sepi dan di penuhi suara teriakan.
Perjalanan kulewati bersamanya hampir empat tahun hanyalah sebuah hadiah Tuhan yang mungkin hanya di berikan sekali dan sayangnya tak pernah bisa ku lupakan, walaupun sudah kucoba menabur perasan baru pada wanita yang lain, namun bayang bayangnya bukannya menjadi samar namun terus saja makin bercahaya, menghiasi semua keheningan, keheningan yang tak pernah bisa ku ungkapkan bahwa aku belum benar benar bisa melupakannya.
kenangan, mungkin itu satu kata yang tepat untuk mewakili gumpalan kegundahanku akan wanita ini, wanita yang bagi banyak orang berbeda, karna kami tak seagama, tapi tuhan tak memiliki agama, ketusku.. namun dia tetap berbeda, Tuhan menawarkan seseorang yang seagama dengannya dan menjadi pilihannya sekarang, akupun sempat berbicara dengan lelaki itu, walaupun hanya via handphone namun dari suaranya lelaki itu cukup baik, setidaknya dalam pemikiranku dan semoga dia dapat mencintaimu lebih dariku serta jauh lebih sempurna dariku, seseorang yang berbeda agama denganmu.



*****

Hari itu beberapa tahun lalu aku lupa waktunya namun yang pasti, hari itu cukup memberiku arti. Septi, wanita yang ku mimpikan selama delapan tahun akhirnya mau berbicara denganku lewat jaringan handphone.

Kau datang dan pergi begitu saja, semua ku terima apa adanya

Mata terpejam dan hati menggumam, di ruang rindu kita bertemu

Suara nada sambung pribadimu, sebuah lagu milik letto, menemaniku sebentar menanti tanggapanmu, apakah akhirnya berakhir seperti malam malam kemarin yang berakhir dengan suara tuttt.. tuuttt… ataukah ada yang berbeda, memang sudah menjadi berkah bagiku, malam ini kau menerima panggilanku
“malam”
suaramu menjadi awal sambutan yang benar benar menaikan adrenalinku yang selama ini sangat merindu, walau hanya satu kata aku sudah merasa bahwa dunia dan tuhan sangat baik bagiku, sempat ku terhanyak sejenak, memandang ruang sekelilingku dan mencoba menatap cermin dalam kamarku, sambil berguman dalam hati ‘gila.. akhirnya’
kitapun melanjutkan pembicaran klise Tanya ini itu dan segala basa basi, aku benar benar gugup hanya bisa  berkata iya dan tidak sementara kau disana di kota yang terpisah lautan dan daratan hanya tertawa mendengar suaraku yang begitu gemetaran.
Malam berikutnya kita lewati dengan pembicaran pembicaraan yang mulai mencair, namun aku masih saja dengan segala kegugupanku, karna bagiku kau masih sangat tinggi, agak terasa berlebihan namun aku menganggapmu sebagai malaikat atau bidadari yang terwakili sosok yang benar benar kupuja, dirimupun mulai melontarkan suara suara yang memberi kesan keakraban.
“kaka, masih jarang mandi?” tanyamu
“iya ina, masih kaya dulu, pas sma.. heheehe” jawabku dengan suara malu malu serta wajah yang merona walau sebenarnya ku tau bahwa kau tak mungkin melihat wajahku namun tetap saja perasaan malu menghigapiku.
Akhirnya hari demi hariku benar benar terkurung perasaan jatuh cinta yang teramat sangat, di bangunkan oleh nada sms yang bertuliskan “selamat pagi” hingga di tidurkan menuju mimpi dengan nada sms, yang berucap “selamat tidur”, semua hal mulai kita ceritakan dari warna hijau yang merupakan warna kesukaanmu, makanan kesukaan mu hingga seseorang mantanmu yang bernama boni yang ternyata masih sulit kau lupakan.
Sangat sulit menerangkan segala dinamika yang di hasilkan oleh panah asmara tersebut, kau wanita yang kuharapkan dan menjadi tujuannku slama delapan tahun mulai mendekati diriku, padahal awalnya untuk berharap menjadi temanmu saja adalah hal yang mustahil, sampai satu saat dirimu menawarkan ajakan untuk bertemu.
“kaka, kebetulan saya mau pulang waingapu”
“gimana kalau kita ketemu..?” tanyamu, tanpa berpikir setengah ataupun seperempat kali ajakan itu langsung saja ku terima, dan hanya dua pertanyaan dalam hatiku yang membuat langkah  menanti hari itu semakin tak sabaran.
“gimana, paras dan dirimu saat ini,…” dan “ apakah saya cukup menarik?”
Ku abaikan semua saja sampai tiba hari itu,
Belum pernah sekalipun dalam sejarah hidupku aku harus mandi sampai dua kali dalam waktu yang berdekatan, namun saking bersemangatnya, mandi, minyak wangi, lotion dan pelembab ku pinjam dari kawan kostku menjadi sasaran eksperimen dI seluruh wajah, aku harus benar benar menarik, rambut gondrongku ku kuncir, kemeja yang sudah ku setrika sejak pagi menjadi senjata andalanku.
“kaka su dimana?”
“Saya sudah di benoa” kata kata sms darimu menegur hanphoneku makin membuatku tidak konsentrasi. Sudahlah ku mantapkan saja hati menemuimu,
Keadaan salah satu dermaga yang paling sibuk di bali itu cukup ramai karna jadwal kapal yang menuju sumba hanya hari itu dalam minggu ini, suara suara yang ku kenal dari beberapa penumpang yang memanggiku, ku abaikan saja. Mataku terus jelalatan mencari dari ruang tunggu terus menuju kapal, dari dua sampai empat dek kapal belum juga terlihat, dan tersisa satu dek penumpang, dan ku tau kau pasti kau disana, akhirnya di salah satu sudut dek kita bertemu, tinggimu sebahu, rambut lurusmu kau kuncir ke belakang, tubuh mu semakin berisi di balut bajuh putih semakin mencerahkan kulit kuning langsatmu. Kau mengajaku keluar dan memulai pembicaraan, pembicaraan yang terasa sangat sulit karna debaran jatungku sangat terasa di bibirku, mataku ku pandangkan ke sisi lain di sudut ruang kapal berusaha menghindari sorot matamu yang terus menatapku, aku kaku, dan benar tak berdaya, tanpa ada kuasa melawan ketidak percayaan diriku, dirimu sudah terlalu menarik.
Waktu terasa  cepat sekali lama berlalu, tanpa pembicaraan yang berarti akhirnya waktu sudah menunjukan jam empat sore, sudah waktunya dirimu berangkat, tak tersirat perasaan sedih ataupun gundah yang muncul, hanya sebuah perasaan yang cukup aneh setelah delapan tahun mencintai dan mengagumimu ‘dirimu, sudah banyak berubah… dan kau terlalu sempurna bagiku’ hanya itu ucapan dalam hatiku yang mengantarku kembali hari hari setelah pertemuan itu, seingatku hanya beberapa kalimat ucapan, ku berikan padamu sebelum pergi
“ina, kau terlalu cantik sekarang”
“kalau sudah tidak ada laki laki , yang mencintaimu”
“kau bisa datang padaku”
“kapan saja”

Setelah hari itu, dirimu mencoba menghubungiku namun aku berusaha menutup diri, aku memang mengganggap dirimu terlalu sempurna dan ku harus merelakanmu, sampai satu ketika dirimu berusaha menghubungiku, kalau tidak salah hari senin.
“siang.. ka” sapamu
“siang ina… tumben telephone” balasku
“kenapa menghindar?” tanyamu lagi setelah mendengar nadaku yang kurang bergairah, tidak seperti biasanya.
“sekarang kaka omong sudah” lanjutmu
“ omong apa to? Saya tdak ngerti” aku mencoba berusaha bersemangat sambil menanggapi kata katamu.
“sekarang!!! Kaka, ngomong sudah kalau mau dengan saya!!!”
Mendengar kata katamu ini, aku langsung terdiam, bingung, entah apa yang harus kupikirkan
“tapi saya tidak ada pulsa ni” aku menjawabmu sekenanya saja karna masih dalam kebingungan dan perasaan tidak percaya..
“kaka, pergi beli pulsa sekarang dan telpon saya”
“gak… pake lama!!!”
Langsung saja ku matikan telephone setelah mendengar kata katamu, ku periksa uang di kantongku yang ternyata masih duapuluan ribu, setengah berlari ku turuni tangga kos menuju counter depan kost, stelah mengisi voucher, langsung saja agak tergopoh gopoh ku cari no telephonemu, padahal biasanya sangat ku hafal.
“ina”
aku kembali membuka pembicaraan lagi dan berusaha menenangkan perasaanku yang campur aduk ini.
“kaka, omong sudah” jawabmu begitu singkat
Dan aku belum sempat menarik nafas,
 bukankah ini yang ku inginkan? Di terima menjadi pasangan oleh wanita, wanita yang menjadi inspirasiku, dan mungkin wanita yang menjadi alas an untuk selalu hidup, terasa agak berlebihan memang namun bila di lihat ke belakang aku berani mengatakan wanita inilah yang memberiku alasan untuk tetap hidup, untuk melihat senyumannya, melihat cara berjalannya, melihat keindahan rambutnya, dan melihat seluruh yang sempurna darinya.
“ina, mau tidak jadi pacarnya saya?” tanyaku dengan nada yang sangat gemetar
“ hanya itu saja?” dirimu bertanya dengan sedikit terkejut
“iya to.. terus mau gimana lagi?” jawabku agak ketus karena penasaran
“dasar!!, tidak romantis betul”
“ina, jawab sudah!!! Saya gugup nih” aku bersuara sedikit perlahan
“iya, su to” jawabmu seketika!!!!
Kata katamu langsung meruntuhkan degup jantungku, ku tampar pipiku berulang ulang, takutnya lagi mimpi, setengah teriak
“risto!!!, dia terima saya!!!!” berulang ulang, sambil memandang temanku yang dari tadi kebingungan dengan segala tindakanku
“terimakasih Tuhan yesus, terimakasih bunda maria” lanjutku…
Buru buru ku cari kalender hari ini, untuk memastikan tanggal jadia kita, dan tertulis
Hari senin, 21 agustus 2006!!!

*****

Sudah genap lima tahun setelah kenangan itu berlalu namun tak ada yang terlupakan di benakku, terutama mengenai tanggal ini, sebenarnya tanggal ini, tanggal paling bersejarah bagiku karna tepat tanggal ini tahun lalu kitapun mengakhiri semua cerita, semua pertarungan melawan langit dan  orang orang yang kita sayangi, sempat kita lewati pertarungan ini dengan memantapkan hati tapi terkadang langit berkata lain, pernah aku memintamu kepada Tuhan, setelah menemukanmu pertama kali dua belas tahun lalu, dia memberikanmu namun Dia mengambil mu lagi namun tidak dengan perasaan ini, masih terus dan masih sama seperti dua belas tahun lalu dan semoga Dia akan meberikanmu sekali lagi disaat kita benar benar siap, bila tidak biarlah perasaan ini tetap seperti adanya dulu, sekarang dan nanti
Tanggal ini pun datang lagi tepat di hari ini, dan ku buka lagi kotak emas dalam hatiku untuk melihat senyumanmu.

Wherever you go 
Whatever you do 
I will be right here waiting for you 
Whatever it takes 
Or how my heart breaks 
I will be right here waiting for you 

I took for granted, all the times 
That I though would last somehow 
I hear the laughter, I taste the tears 
But I can't get near you now 

Alunan suara dai Richard marx mengantar segala kenangan, dan ku kembali melihat ke layar komputer untuk melanjutkan ketikan skripsiku, serta melipat kembali rapih tentangmu dan menempatkan kembali ke dalam kotak emas hatiku.



*untukmu

dps, 21, agustus, 2011

Komentar