Desember (sebuah cerpen)

Senja perlahan lahan mulai berlari ketakutan, dari gelombang gelombang malam yang mulai memenuhi jengkal demi jengkal angkasa, malam semakin galak dengan cuaca mendung, dan suara nyanyian parau gemuruh yang bersahutan, ini sudah menjadi hal yang biasa di akhir tahun, desember selalu basah oleh salju langit yang mencair dan membasuhi bumi, namun ketakutan semesta tak menghinggapi Maria, seorang gadis kecil berumur tujuh tahun, penuh syahdu menyambut malam kudus, Maria mendaraskan doa sampil bersimpuh di bawah kaki salib yang tergantung di ruang tengah rumah kecil mereka, sambil di terangi lilin kecil berwarna merah , Maria mengajak hatinya lebih dekat dengan sang pemberi hidup.

Dalam nama bapa, putera,dan rohkudus, amin
Ya yesus yang baik
Terima kasih, kupanjatkan padamu
Telah kau temukan lagi kami sekeluarga dengan natal tahun ini
Semoga saja tahun depan kami bisa berkumpul lagi denganmu di rumah ini
Tuhan yesus yang manis
Semoga damai natal tahun ini
Bisa menyembuhkan sakit ayah
Bisa membuatkan ibu sering mengantarku ke sekolah
Dan tuhan Yesus, tolong titip pesan pada santa,
Aku ingin dia memberikan kado padaku
Obat untuk sakit ayah
Terima kasih Tuhan sudah mendengarkan aku
Dalam nama bapa, putera, dan roh kudus, amin

Tak jauh di belakang Maria, ayahnya hanya terisak isak dalam hati, berusaha menahan debur airmata yang menggumpal di kelopak matanya, perlahan lahan di tatap punggung malaikat kecilnya,  menembusi waktu dan ruang dan menemukan sosok Tuhan di hadapannya, dan iya berucap
“Tuhan terima kasih, karena Kau memberiku seorang malaikat dalam rumah kami”
Seiring dengan itu gelembung cair matanya pecah dan membasahi lantai dan kaki lemahnya yang dibaluti perban. Namun dengan sigap jari jemarinya membasuh matanya, dia tak ingin malaikat kecilnya melihat dirinya bersedih apalagi menangis.


*******
Ayah maria, pak Yosef sebenarnya seorang yang tangguh, namun sudah hampir dua tahun ini ia divonis mengidap penyakit gula, awalnya penyakitnya tak begitu mengganggu namun semenjak ada luka kecil di jempol kakinya, kehidupan mereka sekeluarga berubah, perlahan-lahan luka itu merambah semua jari kakinya, menghilangkan bentuknya satu demi satu, hingga ia pun terpaksa berhenti dari kerjaanya, dan bertumpu pada  pada kursi rodanya, selain itu lukanya menimbulkan bau yang sangat menyengat walau sudah di baluti dengan perban setebal apapun, itu sangat menganggu banyak orang di sekitar pak Yosef tapi tidak dengan malaikat kecilnya Maria, dia selalu mendampingi ayahnya kemanapun, pernah di saat semua orang di gereja menutup hidung mereka sambil menunjukan mata mata yang menusuk jatung Maria dan ayahnya ketika ibadah natal tahun lalu, tapi dengan cintanya Maria mengelus mengelus tangan renta ayahnya sambil berucap lewat bening mata kecilnya.
“ayah, aku tak seperti mereka”
“akumencintaimu dengan setulus hatiku”
“karna kau ayah ku”
Ibu maria pun sangat mencintai Maria dan ayahnya, dia harus banting tulang di tengah malam setiap harinya, berpindah pelukan setiap malamnya dari lelaki ke lelaki berikutnya, semuanya demi menghidupi keluarga serta mengobati penyakit suaminya, setiap malam ibu maria, hanya memanjatkan maaf pada Tuhan, semoga segala dosanya di maafkan,
seperti hari ini, ibu maria pulang hampir jam tiga pagi, di bukanya pintu rumah dengan begitu hati hati takut membangunkan suami dan anaknya namun baru saja dia melangkahkan kakinya, suara suaminya telah menyambutnya.
“ma, baru nyampe?” tanya pak yosef  di barengi dengan senyuman
“iya pa, Maria sudah tidur?”
“belum ma, Maria lagi menunggumu dikamarnya”
Ibu Maria langsung menuju ke kamar yang dituju, baru saja ia memegang gagang pintunya,Maria langsungmenyeruak dari dalam kamarnya,
“salamat natal, Ma....” teriak maria mengangetkan mamanya
“ah..kau ini buat mama kaget saja”
“selamat natal juga malaikat kecilku” jawab ibu maria, sambil memandang ke arah wajah maria dan mencari kedamaian di dua buah telaga yang disematkan di wajah kecil maria, sebuah ketenangan selalu mengalir di dua telaga tersebut hingga ibunya merasakan kebahagiaan didalam hatinya, seraya melupakan wajah wajah lelaki yang selalu menggunakan jasanya.
“mama punya kado buatmu” ujar ibu maria sambil berlutut di hadapan ibunya
“kado apa ma?” tanya maria penuh semangat
“mama ga tau”
“tadi santa yang nitip di depan rumah kita”
“horeeee,... akhirnya santa mengabulkan permintaanku”
“horreeee..” maria meloncat loncat kegirangan
“ini kadomu maria” ibunya memberikan sebungkus kado yang di balut dengan kertas kado berwarna pink dan seutas pita berwarna biru langit yang di simpulkan indah
Tanpa dikomando, maria langsung membukanya dengan penuh semangat, namun setelah kado itu dibuka, wajah maria mengernyit,sedikit murung ketika hadiah natalnya berbeda dengan keinginannya.
“kenapa sayang, jelek ya bajunya?”tanya ibunya ketika melihat perubahan wajah maria
“bagus kok ma!”
“lho, kalau bagus, kenapa kamu murung sayang..”
“maria, mintanya beda ma” jawab maria
“emangnya, apa yang kamu minta sayangku?”
“aku, mintanya supaya santa mengirimkan obat buat ayah”
Jawaban Maria seketika membuat ibunya terhenyak, terdiam, kata kata maria menusuk tempat di jantung sang ibu, rasanya benar benar perih namun ada terselip kebahagiaan di dalamnya, ibunya menyadari benar, maria sangat menyayangi ayahnya, setiap hari sebelum kesekolah Maria selalu membersihkan nanah yang melekat di luka ayahnya, tak pernah sekalipun Maria mengeluh, penuh telaten menggantinya dengan perban yang baru.
Tak lama kemudia mata ibunya mencair, didekap Maria erat erat tubuh mungil maria.
“sini sayangku, peluk ibu dengan erat” ibunya berbicara dengan penuh isak
Maria hanya diam dalam bingung, mengapa ibunya menangis, namun dekapan sayang ibunya terlalu kuat untuk menyapu pergi kebingungannya.maria pun larut kedalam pelukan ibunya dan nyenyak sambil ditemani suara ibunya yangmenyanyikan sepenggal lagu natal kesukaan Maria.
 Selangkah saja mau menghampiri
Pada hidup kita ini
Tuhan sertailah mereka

Bila kuingat kembali
Kasih sayangmu yang telah membesarkan daku
Ingin rasanya ku kembali
Pada manisnya masa kecilku dulu

Oh…oh…,
Mama…,
Selamat Natal Mama
Papa…,
Selamat Natal Papa
Mama…,
Selamat Tahun baru
Papa…,
Selamat Tahun baru

********

Suara alam pembuka pagi baru saja mulai menyambut cahaya mentari yang menyeruak memecah subuh, hari ini tepat 25 Desember, semua bumi menyabut datangnya sang juru selamat, dimana mana tercium wangi natal, lagu lagu natal membahana hingga ke langit, semua orangpun bergembira, begitu juga Maria dan kedua orangtuanya, mereka bertinga lagi asik bercanda gurau dijalanan sambl menikmati tarian cemara di setiap langkah mereka menuju gereja katedral.
Maria terlihat sangat cantik berbalut gaun panjang berwarna merah muda, gaun itu laksana matahari yang membalut tubuh malaikat, semua orang orang terkagum-kagum sambil tersenyum kepada Maria.
Didepan gereja telah menunggu suster yang biasa menanti murid murid sekolah minggunya,
“selamat pagi suster” sapa maria
“pagi juga”
“kau sangat cantik maria” ujar suster
“iya suster, ini baju baru, hadiah natal dari ibu”
“baguskan suster?” tanya Maria sambil tertawa senang
“bagus sekali maria”
“tapi akan lebih bagus, kalau baju ini berasal dari Tuhan” seraya menjawab pertanyaan Maria, mata suster tertuju pada wajah ibu maria sambil melemparkan senyum sinis,
“ayo Maria, kita masuk ke gereja” lanjut suster itu
Maria pun mengikuti langkah suster tapi belum beberapa langkah, maria berhenti dan menoleh ke arah ayah ibunya
“ma, ayo masuk, sedikit lagi misa mulai” ujar maria sambil memanggil kedua orangtuanya
Namun kedua orang yang di panggil hanya terdiam di depan gerbang, si ibu hanya melihat ayahnya,
“nanti kami menyusul, ibu dan ayah ada urusan sebentar” jawab ibu maria menahan tangisnya.
“jangan lama ya ma!”
Setelah itu maria pun berlalu menuju ke pintu gereja dan ditemani suster dan beberapa murid sekolah minggu yang lainnya.
Kedua orang tua maria hanya terdiam, setelah lonceng gereja berdentang yang ketiga kalinya, mereka berdua melangkah menjauh dari gerbang gereja, setelah terasa agak jauh ibu maria menghentikan langkahnya, badannya berbalik dan berkata pada suaminya
“yah, kita misanya dari sini saja ya!” ibu mariapun memberikan senyum yang paling manis pada suaminya, tanganya mengapit jari jari suaminya sambil mengelus-ngelus penuh kasih sayang.
“iya ma”
“ ma selamat hari natal ya”
Mereka berdua tersenyum penuh dilimpahi rasa cinta memandang dari kejauhan menara gereja dalam hati mereka terdengar ucapan
“Tuhan Yesus, maafkan kami”


26, desember,2011

Komentar

  1. Haru. Sangat haru. Malaikat kecil ini adalah hadiah termanis untuk orangtuanya... Bagus, Umbu.

    Kritik dikit ah *mulai nyinyir :p* wkwkwkw... Itu tanda petik untuk obrolan, di bagian akhir tidak ada tanda baca (koma, titik, seru, tanya). Hehehe... itu saja kritiknya :D

    BalasHapus
  2. selamat hari natal kk umbu :) may you have a wonderful christmas.
    sorry telat :)

    BalasHapus

Posting Komentar