Quo vadis


Sudah hampir enam bulan di sumba, membuat saya berpikir banyak, entah karna keadaan yang berbeda dengan bali, dimana intesitas pertemuan dengan kaum intelengensia sangat intens, sehingga ruang diskusi tetap terjaga baik. Namun berbeda di sumba ruang ruang diskusi seolah tidak ada, karna semua ramai hanya berbicara, politik tai kucing, tanpa sebuah perubahan yang jelas dan tak punya arah

Saya sering mempertanyakan, sebenarnya dimana posisi generasi muda sumba, apakah terlalu takut atau malu dengan generasi tua yang  terwakili penguasa  sehingga sering malu-malu menunjukan kapasitas untuk merubah keadaan daerah ini, yang berimbas pada nilai tawar generasi muda menjadi sangat kecil. yang akhirnya seolah olah di anggap, hanya kaum pelengkap di daerah ini.



Mari kita mengkerucut dalam ruang lingkup mahasiswa, di kota waingapu saja, memiliki tiga kampus ada STIE (ekonomi), ada AKPER (kesehatan), dan STT (teologi), seharusnya dari ketiga wilayah territorial ini, mahasiswa punya ruang yang begitu besar untuk mengkritisi. Kebijakan-kebijakan ataupun tindakan-tindakan yang ‘aneh” dari penguasa.
  1. Ekonomi, seharusnya dengan soft skil yang dimiliki kawan kawan mahasiswa, permasalahan jantung ekonomi (pasar inpres matawai) menjadi sebuah momentum besar, karna kasus ini jelas jelas mengacaukan pola ekonomi yang sudah dibangun bertahun-tahun di mana paris matawai merupakan sumbu perputaran ekonomi di sumba timur.
  2. Kesehatan, apakah derajat kesehatan masyarakat sumba timur telalu bagus sehingga tidak ada permasalahn yang berhasil di angkat, dan menjadi bola panas di sumba timur, apakah system rekomendasi ijin untuk melanjutkan studi bagi perawat d3 sudah benar, dan masih banyak isu isu lainnya, seharusnya hal hal ini harus mulai menjadi bola panas untuk perbaikan system penerapan kualitas kesehatan di wilayah ini.
  3. Teologi, apakah kita hanya mengurus Tuhan dan surga saja, sehingga lupa dengan keadaan sesama serta kondisi sosial? Ataukah hanya mau sebatas berprofesi saja!.

Sungguh keadaan yang dramatis, ketika mahasiswa/generasi muda yang kita kenal sebagia agent of chage, terjebak dalam sebuah lingkaran malu-malu dan bingung berbuat apa,fakta  yang harus di pahami kita tak akan lama berada dalam generasi ini karna kita akan menjadi tua dan mati, maka cukuplah dalam lingkaran setan ini, dan berhenti di takuti “penguasa” serta kaum kaum paruh baya yang bersembunyi dalam bendera LSM/NGO yang hanya bertujuan menjadi anggota dewan saja!

 Ayo mulai berubah! Mahasiswa dan generasi muda adalah kaum yang selalu cemas dengan keadaan sekelilingnya!

Komentar