aku mahasiswa atau politisi?



Beberapa waktu lalu di salah satu group fb (Stb/sumba timur bercerita) 3000an member di sajikan perdebatan keras antara beberapa pemuda yang notabene mahasiswa dengan beberapa orang, pertarungan diawali dengan pilihan politik terkait pilgub Ntt, pertarungan yang memakan waktu dan energy bagi pembaca termasuk saya secara pribadi, sehingga begitu miris karna sayapun pernah menjadi mahasiswa, yang terjun serta terlibat langsung dalam dunia gerakan baik lokal maupun nasional.

Bila menilisik tentang peran mahasiwa, harus di akui gaya para intelektual adalah semangat idealisme yang begitu radikal dan jauh dari kekerasan, dimana kepentingan masyarkat di jadikan energy utama, suara suara marginal di jadikan suara suara lantang menggema di jalanan dan sering saya sebut inilah bagian dari “intellectual movement”

Tapi bila berbicara dengan sumber “pertarungan di Stb” sangat jauh apa yang di sebut dengan intellectual movement, dimana mahasiswa sangat radikal membela kepentingan salah satu paket. Bukankah ini sebuah bukti bahwa mahasiwa sudah masuk dalam lingkaran setan yang sering kita sebut dengan politik praktis, karna beban untuk membela salah satu paket sudah menjadi bagian dari gerakan gerakan intelektual mereka. Seharusnya para mahasiwa harus paham dunia politik praktis itu merupakan tanggung jawab para politisi dengan membentuk “political movement”

ataukah mereka mau menjadi mahasiswa sekaligus politikus? Hahhaha, ini sebuah keterkejutan lagi bila ini benar terjadi, karna sudah banyak mahasiswa yang mengklaim bahwa akan maju dari partai ayam, partai kerbau sampai partai pohon kesambi.

Solusinya sederhana mahasiswa harusnya kembali pada sumpah mahasiswa , yaitu :

KAMI MAHASISWA INDONESIA BERSUMPAH :
BERTANAH AIR SATU, TANAH AIR TANPA PENINDASAN
KAMI MAHASISWA INDONESIA BERSUMPAH :
BERBANGSA SATU, BANGSA YANG GANDRUNG AKAN KEADILAN
KAMI MAHASISWA INDONESIA BERSUMPAH :
BERBAHASA SATU, BAHASA TANPA KEBOHONGAN

Dengan refleksi “sumpah mahasiwa” maka peran mahasiswa yang merupakan bagian dari “intellectual movement” akan tercapai karna itulah hakikat mahasiwa yang hakiki!

…“Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa”….
(wiji thukul)

Komentar

Posting Komentar