jendela

Hujan, sesuatu yang aneh di musim ini, ketika tanah tanah pecah, awan pecah , akar pohon pecah dan harapan pecah, ya hujan tiba tiba datang bertarung dengan terik dewa siang, tapi bagi diriku yang hanya berupa segumpal daging, hujan di musim ini seakan menjadi musuh pribadi, ku ayunkan langkahku begitu buru buru sambil meringkuk dalam kamar dan bersembunyi dibawah selimut.

Pa…pa…. masih takut ya?

Pa?

Iya ma….

Pa sini pa… tak usah takut

Perlahan lahan ku buka tabir selimut dan kudapati wajah yang menenangkan itu, wajah itu tersenyum tipis mengulurkan tangannya

Sini pa… saya ada buat kopi

“Hmmm,,” jawabku

…..

Ku serubut secangkir kopi itu, sambil perlahan mereguk nikmat dari sebatang tembakau lintingan, sambil memandangi mereka berdua dari balik jendela kedua wajah polos yang begitu berbeda denganku, berlari lari dipekarangan sambil berteriak



Ma.. sini ma mandi hujan



“Sini ma…” teriak umbu sambil menendang bola yang di buat dari bulatan kantong plastik ke arah kakak perempuanya yang lagi berlagakseolah olah menjadi kiper, menjaga gawang di buat dari kumpulan beberapa batu.

Pa… ayo pa..temani mereka berdua…

Sudahlah ma, kamu tau benar siapa diriku

“Tak menyukai hujan, tak menyuai aromanya, tak menyukai tetesannya” sergahku sambil memandang kembali keluar jendela sambil membayangkankejadian belasan tahun lalu.

……

“anak sialan.. tak tau diri”

Cuma tau bikin malu orang tua

Memangnya kau suda bisa kasih makan anak orang!!!

Tiba tiba sebuah kursi di layangkan tepat mengarah ke tubuhku, aku hanya terdiam membiarkan kursi itu membelai tubuh dengan lembut,walau bibirku sedikit meringis,

‘coba kau lihat adikmu, sudah punya kerjaan yang jelas saja,masih pengen lanjut ke S2

“kamu bisa apa?”

“Cuma menyusahkan orang tua”

“tapi ma..!!”

“dia sudah mengandung anakku!!” aku memalingkan wajahku pada wanita yang memilik senyum menenangkan

“jangan sombong kau” suara ibu ku meninggi

“Kau pikir kau siapa, makan mu masih saya yang tanggung”

Tiba tiba wanita yang hanya bisa diam itu mulai berdiri dan tersenyum
“ sudahlah sayang….”
tidakkkkkkkkkkkkkkk…..!!! jawabku

Apapun yang terjadi kau harus menjadi bagian dari hidupku!!

Kita pergi saja dari sini, kita akan besarkan anak kita, saya akan lakukan apapun demi kau… karna kita sudah jadi satu keluarga, sayaini laki laki ,tidak akan saya biarkan kau sendiri mengahadapi semuanya.



“ma saya pergi ma!!”

memandang penuh kemarahan pada sosok wanita yang mulai beruban, wanita yang menjagaku dua puluh delapan tahun

“umbu kau pikir pikir dulu” ayahku akhirnya buka suara,
“kau laki laki dan sebentar lagi menjadi seorang ayah”
“tapi kalau kau bersikeras, silahkan, tapi ingat pesan saya, berhentilah merokok”

….

Tangan lembutnya membunyarkan ingatanku
“sayang, matikan rokoknya ya…”

“itu ada sms… dari mama kayaknya”

Ku ambil hp tak sadar mataku berkaca kaca

“umbu, di waingapu ada hujan, di kananggar pasti hujan, jangan lupa kalo umbu kecil mandi hujan, kau masak air panas buat dia.. buat rambu juga dia kan mau masuk sekolah sudah, o iya salam buat istrimu, ingat jangan lupa kurangi rokokmu.

waingapu,020913

Komentar