Mengemas Praktek Cerdas dengan Cara yang Cerdas


Hari ini tanggal 23 Mei 2016 bertempat di Aula Unwina-Sumba, Yayasan Bakti mengadakan kegiatan berupa pemutaran Film dan Diskusi terkait “Pengelolaan Sumberdaya Alam berbasis Masyarakat Untuk Masa Depan Bumi yang Lebih Baik”, dalam kegiatan yang di ikuti beberapa SKPD , Anggota DPRD dan berbagai LSM, para peserta di sajikan sebuah Film Dokumenter yang menceritakan tentang berbagai praktek-praktek cerdas yang dilakukan oleh beberapa orang di Pulau Lombok dan Sumba. Adapun film itu terbagi menjadi empat bagian yaitu : pemamfaatan Sumberdaya Alam dengan melibatkan Sistem Informasi di Desa Aik bual, Ibu Ummi yang belokasi di Narmada-Lombok Barat dimana beliau memamfaatkan Sampah sebagai sumber ekonomi, Kang Rahmat sosok Inspiratif pertanian organik di Pulau Sumba dan Mama Marthina yang mengembangkan pupuk cair-organic yaitu bio slury.

Dari Film yang berdurasi sekitar dua puluh menit ini, bagi saya bisa menjadi sebuah inspirasi menarik, bukan pada aktivitas yang dilakukannya, namun saya lebih menyoroti kemasan isu yang dimetodekan oleh Yayasan Bakti, saya pernah beberapa kali mencoba menggunakan visual dalam bentuk video-video pendek yang ditonton oleh masyarkat desa, sebagai salah satu media informasi dan transfer pengetahuan, namun yang di lakukan Bakti kali ini, jelas sedikit menggelitik rasa ingin tau lebih dalam terkait bagaimana mengemas praktek cerdas dengan cara yang cerdas pula.

Bakti sebelumnya telah mengemas dengan cara membuatkan komik terkait program yang sementara dijalankannya, dan kali ini menggunakan Film sebagai media inovasi untuk menghantar isu-isu PSDA  bisa sampai ke tengah-tengah masyarakat secara komplit tanpa terputus-putus. Sesungguhnya ini bisa menjadi satu metode yang bisa di replikasi bersama, dengan kata lain bisa menjadi menjadi salah satu pilihan dalam kerja-kerja sosial di lapangan.

Singkat kata, inovasi dalam transfer informasi dan pengetahuan harus berbasis perkembangan sosial masyarakat, masyarakat hari ini sudah cukup jenuh dengan pidato ataupun ceramah-ceramah panjang, maka diperlukan suatu kekreativitasan dan inovasi yang berkelanjutan, sehingga akhirnya masyarkat kita jauh lebih gampang mereplikasi dalam bentuk praktek kerja nyata di lapangan.

Waingapu,2016

Komentar