Sulit rasanya mengatakan ini suatu perjalanan yang sempurna, namun menjalani sesuatu apapun bentuknya, selama di temani “seseorang”, perjalanan terasa lebih mudah.. dan menurutku menikmati kebersamaan adalah awal dari kesempurnaan.
Kembali mengingat beberapa tahun kebelakang mencoba mencari celah celah padang gelap, berusaha menemukan kembali beberapa cerita dengan “seseorang” itu.. walau status sudah berbeda setidaknya dia masih menjadi “seseorang”.
****
Perjalanan ini di awali di suatu tempat yang namanya jalan kemiri di salatiga sekitar bulan agustus tahun 2008, siang itu tepat hari rabu (kalo tidak salah ingat…. J ) tumben hasrat untuk makan gule + sate kambing sangat menggolara, maklum 2 jenis makan itu favoritku.. walau kata orang katanya bisa menimbulkan penyakit hipertensi..
Singkat kata saya dengan “seseorang” itu melenggangkan kaki mennyusuri beberapa gang di daerah kemiri tepatnya di belakang kampus UKSW, kawasan yang cukup ramai untuk ukuran kota sekecil salatiga, hilir mudik kendaraan, warung makanan dan jajanan, suara suara para pejalan kaki yang kebayakan mahasiswa yang lagi sibuk membicarakan, tugas, dosen atau pacar, mungkin juga lagi ngegosip tentang orang di sekeliling mereka…
Ternyata sangat sulit mencari dua jenis makanan ini di sekitaran Uksw, sampai depan kampuspun yang warung makanannya beseliweran, jenis makanan ini ga ada…hutth, padahal hati lagi pengen hehhehe, maka muncul ide gila “ina, kita coba cari di solo pasti ada” kata kata ku yang mengawali perjalanan panjang yang di jawab dengan sebuah genggaman tangan (indahnya..”) singkat kata untuk memperhemat perjalanan kita berdua memilih naik bis yang tanpa AC hehehe, bis safari namanya. Dengan jarak yang cukup jauh sambil berdesak desakan bagi sebagian orang mungkin hal yang sangat tidak menyenangkan, sambil berdiri dan bersandar pada kursi penumpang, kita berdua menghabiskan waktu dengan bercerita, bertukar senyum, terkadang tertawa terbahak bahak,seakan akan lupa bahwa ini di bis Patas yang isinya hampir masyarakat jawa dari golongan ekonomi pas pasan dan jarang berinteraksi dengan orang luar, setidaknya itu kata kata yang di ucapkan oleh tatapan mereka yang hanya bisa melihat kita berdua yang lagi di mabok asmara… intinya bagi kita Cuma kita saja yang punya dunia, yang lain pada ngontrak hahahaha…..
Dalam perjalanan bis ketika melewati daerah kartusuro, mataku secara tidak sengaja melihat rumah makan di pinggiran jalan dengan nama “Rumah Makan Sate Kambing Muda Khas Wonogiri” ini jelas memudahkan kami, laksana di sumba, saya langsung maen teriak saja ‘kiri bang, kiri bang hahahahah…” cukup kaget sih, tapi setidaknya pak sopir itu hanya sebatas tersenyum lucu memandangi ketika kita berdua turun, mungkin dalam hatinya berkata, “anak muda yang aneh, hahahahah”…
Ternyata perjalanan ini, di selingi pertengkaran kecil karna bis berhentinya cukup jauh dari warung,,, saya ngomel ngomel karna harus jalan kaki di bawah terik matahari, maklum daerah kartusuro ga se adem salatiga, gila!!! Di tanggapi lagi dengan suara serak darinya, “kau ni, jadi laki laki pamalas betul” hahhaha, ini jelas memancing saya untuk ngomel lebih besar… eh, dia langsung saja jalan kaki menuju berawalan arah (ngambek..!!!!) dasar cewe!! Maunya dimanja terus …, dari pada saya kesasar di jawa mendingan saya ngalah saja heheheh, itu pilihan saya… akhirnya dengan jurus ampuh dan muka agak sedikit memelas biar bisa di maafin, lagian yang pegang duit dia.. mau tidak mau hahahhah.. akhirnya damai dan menikmati gule kambing dan sate kambing muda khas wonogiri… kawan kalo sempat lewat sini (kartusuro) jangan lewatkan deh…. Iklan gratis ni ye.. hehheheh
****
“ina, kayaknya masih siang ni” sambil menikmati es teh, warung sate kambing… ‘ga seru kalo pulang salatiga” ide gila berlanjut!!!! Bersama seseorang yang juga hobi gilagilaan hahahah…
“iya ama ee, kita kemana enaknya”
Samba berpikir sedikit“jogja,prambanan” jawabku semangat, maklum ga pernah ke prambanan sebelumnya…
“mantap!!! Ngapain tunggu lama lets go”.. sebuah jawaban yang di barengi senyuman hahahah, senyuman yang bisa membuat umurku bertambah (lebay)
Setidaknya itu gambaran percakapan dan ide gila kami berdua, berawal dari kemiri candi menuju kampus UKSW, dan sekarang terdampar di kartusuro, dan menuju prambanan!!!!! Seru gan.. kegilaan yang mendekati kesempurnaan..
Sedikit sulit sih menunggu bis di pinggiran jalan raya kartusuro,namun akhirnya dapat juga… bis yang saya perkirakan di atas 20an tahun dengan bodi sedikit keropos bekas tambalan, berwarna hitam pucat 9untuk menaikinya, perlu sedikit berlari karna bis ini ga berhenti yang biasanya bis di daerah timor).. bercampur wangi jelata dan diiringi nyanyian pengamen bergaya punk.. sambil bersama wanita yang paling sempurna… sebuah keinginan seluruh pria kayaknya hehehe… berhadapan dengan pengamen ini setidaknya, tidak menghabiskan dompetku, bemodal seribu sudah mendapat senyuman dari sang pengamen…
Sebenarnya kami berdua ga tau dimana letaknya prambanan itu dibagian mana, bermodal logat jawa kesasar sudah bisa mendapat jawaban dari sang kondektur “gampang aja bang, prambanannya di samping jalan, sebelah kanan jalan kalo dari sini (solo)” ternyata ga sesulit yang kami berdua bayangkan.. prambanan candinya loro jonggrang, yang memberi cerita tentang kemarahan bandung bondowoso, cerita pewayangan jawa yang sempat saya baca saat masih di bangku SD, setidaknya satu makna tersirat.. terkadang cinta bisa membuat orang jadi buta.. namun tidak denganku.. bagiku cinta adalah sesuatu perasaan abstrak yang aku sendiri pun tidak mengerti dan bagiku cinta hanya satu, dan dialah wanita yang lagi bersama menuju prambanan dengan kegilaannya.. prambanan tunggu kami dan kegilaan kami hahahahah!!!
****
Kayaknya hampir senja sekitaran jam 5 sore nyampe prambanan dengar pagar tembok sekitar satu setengah meter membatasi, hampir lupa harga pas masuknya kalo ga salah sekitar 10 ribu ato 15 ribu peroragnya tapi khusus untuk wisnus aja alias wisatawan nusantara, dengan bayaran yang relative terjangkau untuk kantong mahasiswa seperti kami setidaknya sudah termasuk murah heheheh, bila di bandingkan ritus sejarah yang tak ternilai harganya ini
Kios kios kecil penjual cendramata menjadi suguhan awal kami, dengan berbagai macam model cendra mata dari yang kecil sampe yang lumayan ukurannya di jual disini, namun tujuan kami adalah melihat mahakarya, memang ujung candi sudah sedikit terlihat namun pengen cepat cepat melihat dari dekat, untung saja kami berdua rada rada narsis kemana mana slalu membawa Mp5, yang ada sisipan kamera di dalamnya, tapi kameranya masih vga jadi hasilnya ga maksimal untuk mengabadikan momen ini namun sudah pas bagi kami berdua untuk eksis di segala tempat dan waktu …
Dengan paving paving segi empat dan pembatas berupa bonsai mengantar kaki kami menuju beberapa candi yang lagi dalam tahapan renovasi.. terlihat jelas dengan tinggi yang sangat lumayan candi candi ini bisa dikatakan bagunan tinggi pada masanya, jujur saja kekayaan arsitektur nusantara yang sangat hebat, dengan relief yang begitu jelas saya Cuma bisa terpana menyaksikan karya tangan tangan tempo dahulu ini, sebuah mahakarya bagi cintanya, bagi tuhannya dan bagi sesamanya.
Pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons seorang berkebangsaan Belanda, kemudian pada tahun 1855 Jan Willem IJzerman mulai membersihkan dan memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik candi. beberapa saat kemudian Isaäc Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak. Pada tahun 1902-1903, Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah P.J. Perquin dengan cara yang lebih metodis dan sistematis, sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu tanpa memikirkan adanya usaha pemugaran kembali.Pada tahun 1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun 1931 digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada tahun 1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia dan itu berlanjut hingga tahun 1993.(wikepedia)
Namanya dua anakmuda yang lagi di mabuk cinta, kerjaanya hanya foto sana sini, intinya dikit dikit jeprett sana.. dikit dikit jepret sini, sedikit informasi untuk beberapa bangunan candi ada yang di perbolehkan masuk namun ada juga yang tidak, tapi kami memilih mengililingi di sekitar pagar pembatas sambil mengagumi relief relif tua hasil karya rakai pikatan tersebut, di sekeliling bangunan candi terlihar jelas tumpukan tumpukan batu tua yang lumayan besar agak sedikit tidak terawat dan mungkin di tata sekumpulan di sesuaikan dengan batu yang mungkin secandi. Memasuki areal prambanan rasanya kita di ajak kembali ke era para raja raja dan ratu ratunya yang begitu cantik dan mempesona,.. tapi menurutku ‘seseorang” disampingku adalah ratu yang paling sempurna hhahah, (sori kawan sisip curhat dikit heheheh).
Setelah puas menelusuri kompleks candi prambanan ide untukbalik ke salatiga kayaknya menjadi pilihan karna hari sudah mulai gelap, tapi dua pasang kaki muda kami ga bisa di ajak kompromi, kami berdua memilih istrahat di atas beberapa kumpulan batu batu tua sampil bercerita tentang perjlanan yang tidak kami rencanakan ini, tentang pertengkaran keluarga kami, tetang perbedaaan agama kami dan beberapa hal lagi.. tapi dengan suasana penuh canda tawa hahahha.. mungkin benar kata orang dulu kalo su cinta buta apapun di jalani yang penting berdua..
Setelah melepas lelah kami pun sempat memasuki bangunan museum candi prambanan yang menceritakan tentang awal mulanya di temukan candi prambanan, foto foto hitam putih bergambar para penemu yang hamper semuanya orang belanda terlihat dari nama mereka dan ada beberapa foto yang memperlihatkan bahwa pada jaman penjajahan dahulu masyarakat benar benar benar di jadikan sebagai pekerja rodi.
*****
Setelah keluar dari museum tersebut ada beberapa kejadian yang kami ketemui, salah satunya seorang pedagang yang menjual baling baling, yang dibuat dari kertas minyak, “mas, mas beli baling balingnya mas, oleh oleh buat anaknya” katanya,. “maaf mas kami ga beli lagian kami belum menikah” jawabku sambil tersenyum berusaha seramah mungkin. Sambil berjalan menjauh darinya. “ga papa mas, nanti kalo udah nikah, ajak anaknya kesini, dan beli baling baling dari ku, jangan lupa wajah ku.. heheheh” jawabnya sambil berlalu. Mungkin bisa saja saya berpikir bahwa kata katanya sudah biasa di lontarkan kepada semua orang yang didekati, tapi bagi kami berdua ini jelas, terutama bagiku adalah harapan besar dan sangat kuat, bisa menikah dengan seseorang yang sangat kita cintai, memiliki anak, dan menghabiskan hidup dengannya.
“ina, kalo kita su ada anak kita kesini lagi ew. Beli baling baling di dia” sambil memeluk tubuh wanita yang sering kukatakan “seseorang” dalam tulisan ini.. ‘iya ama ew. Semoga” balasnya penuh senyum dan memberi pelukan hangat sekali pada punggungku. Aku hanya bisa berguman dalam hatiku “ ya tuhanku, kau tau perasaan dan keinginan kami berdua hari ini” kami berduapun menuju gerbang dengan penuh senyuman dan tawa, dalam hati kami jelas bersyukur dengan ucapan sang pedagang baling baling baling tadi, setidaknya menguatkan kami dalam pelarian kami.
Memang harus di akui kami berdua memiliki tingkat kegilaan yang sama, ketika menuju gerbang ada beberapa lapak lapak penjual cindera mata, diantaranya kalung yang betuliskan nama, yah.. untuk mengingat perjalanan hari itu kami berdua memutuskan untuk memesan dua kalung yang sama persis yang bertuliskan nama kami berdua di gantungan kalung itu, dan ini akan menjadi kenangan kami berdua, sambil menunggu kalungnya di desain sama si mas, basa basi saja bercerita dengannya tentang asalnya penghasilan dan beberapa hal tentang dirinya namun ada satu percakapan yang benar benar membuatku begitu marah dan sedikit menyesal “ mas, kalo kepercayaan orang sini, kalo masih pacaran ga boleh ke prambanan, bisa putus mas” mendengar perkataan si pedagang jelas cukup mebuat kamio berdua kaget, sambil menatap kami berdua tersenyum kecut, isyarat perkataan hati yang hanya kami berdua mengerti… namun pada saat itu saya mencoba mengabaikan perkataan si pedagang itu, saya berusaha menganggap bahwa itu hanya mitos (walau akhirnya), bagiku tuhanlah sang perencana hidup kami.
Setelah menyelesaikan dua kalung yang seharga 30 ribu, kami langsung memakainya dan memamerkan mainan baru kami ini… mungkin karena perasan yang bergelora inilah, kami bukannya berangkat pulang ke salatiga tapi memilih nginap di jogja, hahahah.. dasar emang dasar.. yang lucunya ga ada satupun no hape kawan kawan jogja!!!!! tapi inilah sebuah perjalanan gila gilaan yang kami jalani, penuh tawa, penuh kebahagiaan, penuh perenungan yang akhirnya menjadi moment yang berpengaruh pada keputusan masa mendatang bagi kami berdua. J
****
Weitts tunggu dulu, jangan berpikir bahwa cerita ini akan selesai sampai disini, saya akan melanjutkan perjalanan kami di jogja, tentang bencong yang kami temui di trans jogja, tentang teguran di trotoar di malioboro… keep on watching, yang su baca thanx dan ingat komentarnya hahahhaha. Sekali lagi tengkyu.
Nb : tulisan ini ku buat untuk mengabadikanmu
Umbu nababan, denpasar, 2, juli,2011
Komentar
Posting Komentar