“ma... saya hamil ma!” ucap
itha, dengan penuh kegelisahan dan ketakutan, suaranya bergetar, suasana
memecah, ketika ibu bapaknya lagi berdebat hangat tentang pilakda yang sebentar
lagi akan berlangsung.
Suaasana sedemikian
berubah disergap keterkejutan, Wanita yang di panggil mama, hanya terdiam tak
percaya, anak perempuannya yang baru saja kuliah mengutarakan sesuatu yang
paling di takutinya, begitu juga ayahnya yang tak luput dari serangan
keheningan, hanya urat urat di wajahnya yang menggambarkan jelas perasaanya
seperti apa saat ini, anak kesayangannya, anak gadis satu-satunya yang kelak
di impikan sebagai seorang perawat, kini melesap dalam satu kata, Hamil!
“siapa yang
menghamilimu?” suara ayahnya terdengar bergetar dan parau
Itha tak menjawab,
hanya terdengar isak perlahan yang mulai terdengar
“siapa itha?” bentak ayahnya
Namun tak ada kata
kata yang keluar dari bibir mungilnya, Cuma isak yang makin keras.
Wanita yang di panggil mama
oleh Itha, bangun dari tempat duduknya, meninggalkan ayah dan anak gadisnya,
tanpa berkata apa-apa.
****
Sekitar tiga minggu setelah kejadian
itu, rumah itu di datangi seorang pemuda yang bernama Agus, dengan penuh
ketakutan yang menjalar seluruh tubuhnya, mengetuk pintu rumah
“tok...tok..tok”
Namun tiada kunjung
di buka
Di ketuknya berulang
ulang dengan ketukan lebih keras
“tok.. tok...
tok..”
“tok.. tok...
tok..”
Itha dengan
tergesa-gesa membuka pintu, sempat terhenyak melihat sosok yang di lihat,
langsung di tariknya pemuda itu, menjauh dari rumah
“ngapain kau kesini
Gus, saya kan
sudah bilang, keadaan akan tambah runyam, kalau kau ke sini” celoteh Itha
“tapi saya butuh
ketemu orang tuamu!” jawab Agus
“untuk apa?”
“mau buat keadaan
tambah parah!”
“bukan begitu juga,
saya mau tanggung jawab tha”
“iya, tapi jangan
sekarang ya gus, mama masih belum bisa terima, tolong mengerti gus” sambung
itha
“nanti ketika,
keadaan sudah membaik, baru kesini ya gus”
Agus hanya terdiam
hanya mampu memandang gadis yang perutnya semakin membuncit, dalam hati
kecilnya memnggumam,’inikah cinta, karunia tertinggi Tuhan, ataukah hanya
romansa yang di latar belakangi nafsu.
“sebaiknya kamu
pulang Gus,
kamu yang kuat, saya ngerti perasaanmu, tapi biar saya dulu yang hadapi” pinta
itha dengan mata berkaca-kaca, di genggamnya tangan pemuda itu, sambil
menatapnya dalam-dalam, perasaanya berkecamuk, ingin rasanya berlari menjauh
dari rumah itu berdua saja, dengan pemuda yang di kasihinya, namun itha tau
benar ia masih terlalu muda meninggalkan semuanya demi dua alasan cinta dan
hamil!.
“baik tha, kalau
itu permintaanmu” balas Agus, dan mengusap perut buncit kekasihnya
“sabar ya sayang”
Agus berjalan, dengan langkah gontai dan Itha mulai menghilang dari
punggungnya, entah apa yang terjadi ke depan, tak berani di pikirkannya,
sebagai pemuda yang juga menyandang status mahasiswa, ia tau benar untuk makan
sehari-harinya saja masih mengharapkan kedua orangtuanya, apalagi harus
menghidupi dua orang dengan status istri daan anak, hanya karena dua alasan
cinta dan hamil!
*****
Itha berjalan
menjauh dari rumahnya,langkahnya sedikit tak bertenaga, perutnya yang membuncit
menguras tenaganya, menyusuri trotoar ia tak berani mengangkat wajahnya ketika
berpapasan dengan mereka, beberapa tetanga yang menyapanya Cuma di balas dengan
senyum, entah yang menanyakan kabar atau usia kandungannya, ia merasakan
pertanyakan itu hanya ejekan atau hinaan,
Di kompleks
perumahannya, keluarganya cukup terpandang, selain sebagai salah satu
pengusaha, ayahnya juga seorang tokoh agama, tidak kalah ibunya walaupun
berstatus PNS , ibunya telah menduduki
jabatan penting, sehingga seringkali keluarganya menjadi sosok keluarga yang
ingin di contohi masyarakat sekeliling, namun semuanya berubah dengan sekejap,
semenjak kehamilan Itha sorot mata para tetangga berubah, dulu pujian kini
berganti cibiran, jangankan untuk bersosialisasi dengan tetangga , hanya untuk
bersantai di depan teras saja orang tuanya merasa malu. Malu dengan itha yang
hamil!.
Itha semakin jauh
dari rumahnya, mengikuti
arah trotoar yang entah berujung kemana, tak ada yang dilihatnya, hanya ia merasa
semua yang dilihatnya berwarna hitam, gelap dan pekat, hanya trotoar ini yang samar terlihat, sebagai
jalan ketenangan dari suara suara di rumahnya.
ibunya saban hari ada saja alasan untuk
mengumpat ataupun memaki, ayahnya yang begitu memanjakannya kini lebih sering
diam, sesekali berbicara itupun hanya menayakan itha sudah makan apa belum.
Ah..
Yang di inginkannya
Cuma satu, ditemani Agus, tapi ia tau mengajak Agus menemaninya hanya menambah
beban mereka berdua saja, ia pun sudah lupa kapan terakhir kali membalas sms
ataupun menerima telpon Agus, ia memilih sendiri dan menghabiskan waktu dengan
caranya sendiri.
“woy kalau jalan
pake mata dong, kalau mau bunuh diri jangan disini, dasar perempuan sinting!”
Malam telah
menyelimut, itha masih saja menyusuri trotoar, terkadang ia mendengar teriakan
dari beberapa orang yang melintas, kala berganti lintasan trotoar, namun ia tetap
menelusuri trotoar dan mencari trotoar lainnya untuk di telusuri, yang ia ingin
lakukan sekarang ialah berjalan dan
berjalan terus, hingga akhirnya kakinya sudah benar benar kepayahan, dan
tak ada lagi trotoar, Cuma ada jembatan, dalam benaknya merasa di sinilah
tempat tujuannya.
Dengan tenaga yang
di kumpulkannya lagi, ia mulai berdiri dan melangkah lagi namun entah kenapa,
air matanya mengiring langkahnya yang kepayahan menyusuri jembatan itu,
sesakali di usap usap perutnya
“sayang?”
“ibu lelah skali, lelah
dengan semua keadaan ini”
“maafkan ibumu ya”
Isaknya meledak,
sambil bekata
“ibu lelah sekali”
“sangat lelah!”
Suasana hening
menduka, alam menggigil
Lalu..
“arrrggghhhhh....”
itha bertereriak panjang dan melengking, menarik perhatian beberapa pengendara
yang melintas.
Tak berapa lama
orang orang mulai bergerombol, terlihat sesosok gadis muda yang lagi membuncit,
tergeletak di bawah jembatan
Mati!
Mati!
Bunuh diri!
Itha bunuh diri
karena hamil!.
Hamil seringkali di
jadikan alasan membunuh, kalau bukan ibu atau anaknya, bisa jadi kedua-duanya
Itha bunuh diri
karena hamil!.
*****
Tha yang manis, gimana kabarmu disana?
Tega kamu tha!
Peluk dan kecup manis buat kecil ya tha, katakan saja
dari papanya
Tha yang manis, gimana kabarmu disana?
Tega kamu tha!
Agus
Nota kecil di kuburan yang basah.
(Waingapu 2015)
Komentar
Posting Komentar