Ah... banyak perdebatan mengenai
kegiatan ini, tapi bukankah pro kontralah yang menaikan pamor kegiatan ini,
walaupun saya tidak terlibat secara langsung dengan kegiatan ini, perlu rasanya
saya memberi pandangan tentang kegiatan ini.
Waingapu, Sebagai kota yang yang
memiliki penduduk paling banyak diantara kota kota yang di katakan besar di
sumba, seperti waikabubak maupun waitabula, sudah tentunya kota ini merupakan
sentra semua kegiatan baik ekonomi maupun hiburan di pulau ini, tiap tahunnya
selalu saja di sajikan event-event besar maupun kecil yang berlangsung berkala
seperti karnaval tahunan, dan JKS (Jalan Kemenangan Salib) adapun kegiatan yang
berlangsung secara insidental, itupun tidak rutin, seperti festival band, malam
seni maupun kegiatan seperti Waingapu Color Run.
|
WCR di jalan protokol |
|
peserta WCR bermandi warna |
Namun muncul pertanyaan dari
event-event itu sudah cukupkah, suasana yang di hadirkan untuk menemani status
“Kota Terbesar” jujur saja saya katakan tidak, namun waingapu sedang menuju
kesana, jenis kegiatan yang beraroma hiburan mulai memiliki pilihan yang
banyak, sekitar sepuluh tahun lalu, tentunya, kita hanya punya dua event besar,
Karnaval dan THR (Taman Hiburan Rakyat), namun seiring perkembangan informasi
teknologi, dan mulai maraknya komunitas komunitas bermunculan, maka event-event
mulai memiliki variasinya masing masing, komunitas seni dengan gayanya,
komunitas otomotif dengan gayanya, begitu juga dengan komunitas-komunitas
lainnya.
Terus bagaimana dengan WCR
(Waingapu Color Run)
Harus di akui, kalau yang kita
lihat siapa aktor di belakang ini, yang notabene adalah seorang politisi kawakan
Ali Oemar Fadaq, maka tentunya kita dapat mengambil kesimpulan yang prematur
bahwa kegiatan ini kegiatan yang sangat erat dengan kegiatan politis, namun
bila mengikuti kegiatan pada hari berlangsung, secara pribadi saya melihat
tidak ada sama sekali, bumbu bumbu politis di dalamnya, terlepas si anggota
dewan, terlibat dari awal kegiatan, namun banyak yang menyatakan WCR adalah
salah satu strategi dalam menarik masa pemilih pemula terkait pilkada, Nah bila
memang itu yang terjadi, tak ada yang salah dengan itu, strategi dalam politik
banyak medianya, jadi sah-sah saja selama tidak menyinggung norma norma
setempat. Bila di hubungkan dengan pemilih pemula, kita bisa lita rata-rata
peserta kegiatan ini, kebanyak ABG
alias Anak Baru Gede, yang memiliki hasrat memilih namun belum 17 tahun, masih paku alus, hhehheheheh.....
|
avivah "AH Community" |
|
peserta WCR |
|
Peserta WCR |
Apakah kegiatan WCR ini positif?
Saya tidak mau mengambil sebuah kesimpulan bahwa kegiatan
ini positif atau tidak, namun yang pasti ini kegiatan yang menarik, terlepas
ada pendapat bahwa ini kegiatan yang buang-buang uang katanya, namun kembali
lagi saya ini menggambarkan bahwa Waingapu adalah kota yang sangat multikultur
berbeda dengan kota-kota lain di Sumba maupun NTT yang slalu di dominasi oleh
penduduk asli, namun waingapu sudah banyak terjadi pencampuran kebudayaan, yang
berpengaruh pada kebiasaan masyarakat, prilaku hedonis semakin jelas terlihat,
seiring dengan dengan masuknya informasi dan teknologi serta pendatang.
Yang harus di perjelas adalah Gol maupun Target dari WCR
terlepas ada kemungkinan memiliki “niatan boncengan” namun yang pasti kegiatan
yang bersifat massal ini seharusnya tidak Just
for fun semata, walau kenyataannya kita sangat butuh hiburan. Dengan
melihat antusiasnya peserta, perlu rasanya kegiatan ini tidak minim nilai atau
bebas nilai, khususnya yang bersifat edukasi, sekaligus jangan lupa tu
sampah-sampah habis kegiatan :)
ini oleh oleh fotonya
|
Ali Oemar Fadaq | | |
|
|
|
peserta WCR |
|
suasana malam WCR |
|
photographer beraksi |
|
menikmati WCR |
|
pemilik Blog lagi di WCR |
|
bersama Apty |
|
DJ Sore |
|
Imhel "AH Community" |
o iya ini ada link videonya di youtube
https://www.youtube.com/watch?v=W9gF7DJKebg (party malamnya n'
https://www.youtube.com/watch?v=Yk9IeKxdHIs (party sorenya)
Komentar
Posting Komentar